Jacob Rothschild, seorang investor kawakan di London, terkenal bernaluri tajam sebagai seorang pedagang. Begitu ia membeli saham, otaknya sudah berputar memikirkan kapan akan menjual saham itu. Lain lagi dengan saudara sepupunya, Evelyn de Rothschild, presiden komisaris Rothschild Bank. Ia seorang investor yang konservativ. Walaupun bersaudara, watak mereka berdua amat berbeda, sehingga mereka tidak pernah dapat bekerjasama. Namun mereka sama-sama sukses. Kalau kita ingin menanamkan modal dalam berbisnis online, gaya siapa yang mesti kita tiru? Gaya siapa pun boleh kita tiru asalkan sesuai dengan watak kita. Konon dalam berbisnis, baik pada jalur online maupun offline, hanya akan berhasil jika pengelolaannya sesuai dengan watak si pengelola. Jika wataknya konservativ dan berhati-hati, strateginya juga harus demikian. Kalau ia berani mengambil resiko tinggi, ada kemungkinan ia tidak akan berhasil karena wataknya tidak menunjang pelaksanaan strategi tersebut. Mengetahui watak kita sendiri adalah penting untuk menentukan strategi apa yang sesuai kita terapkan dalam berbisnis. Tak ada salahnya mengambil resiko tinggi jika Anda memang orang yang suka menyerempet bahaya. Di tangan Anda, strategi ini mungkin malah menelurkan sukses besar. Kenyataan ini juga berlaku pada para pebisnis yang paling ulung sekalipun. Orang lalu mengartikan bahwa untuk bisa berhasil dalam dunia bisnis, online mapun offline, bukan cuma dengan mengetahui watak sendiri saja yang penting, selain itu seorang pelaku bisnis harus bisa menjadi dirinya sendiri. Sebab setiap orang punya naluri dan cara masing-masing untuk meraih sukses. Tapi ada beberapa hal yang tidak akan berbeda, yaitu kedisiplinan, keuletan, dan kerja keras. Dalam perjalanan waktu saat menggeluti bidang bisnis tertentu, orang akan semakin memahami apa yang harus dilakukan. Pengalaman demi pengalaman akan membuat kita makin memiliki naluri yang makin tajam. Sebagian fenomena ini tidak bisa dijabarkan dalam bentuk teori. Ini lebih dapat dibahas dalam metode kasus demi kasus. Pelaku demi pelaku. Kondisi demi kondisi. Setelah menelaah realita itu, maka banyak para pelaku bisnis yang lebih senior lebih menyarankan agar terlebih dahulu langsung terjun ke arena bisnis. Semuanya bisa dipelajari sambil menjalani proses. Tidak bisa hanya dengan membaca buku, tutorial, teori, atau sejenisnya. Kita membutuhkan udara, suasana, dan denyut nadi dalam dunia bisnis sesungguhnya yang akan makin menyatu dalam nafas kita.
7 years ago